
“….bawang merah naik, bawang putih naik, daging sapi naik. Kenapa sih semua harga naik?”
”…sms gak dibalas, nelpon gak diangkat. Bilang kek kalau gak punya pulsa..”
”…dasar orang Indonesia, janji jam 9, jam 10 belum datang. Bete tahu?”
”sudah panas, berdebu pula.”
”Sudah lama kita ngantri, eh, dia main serobot aja. Emang ini SPBU nenekmu?”Kira-kira begitulah keluhan yang kadang kita temui atau malah pernah kita utarakan.
Atau, kadang kita mendengar ungkapan yang pasrah sama keadaan “Ya, sudahlah! Mau diapain lagi? atau “Bagaimanapun kalau sudah ‘tulang miskin’ tetap gak bisa kaya!” atau “watuk bisa ditambani, watak ora bisa ditambani” (Jawa: batuk bisa diobati sedangkan karakter tidak bisa)
*****
Ada ungkapan menarik yang sering saya temui saat berada di Palembang. Saya pernah bertanya kepada seorang Penjual Roti Bakar “Cak mano bisnisnyo, Mang?”, dia menjawab “Alhamdulillah, beguyur bae!”. Begitu pula saat kita menyakan hal lain, ungkapan beguyur bae relatif sering kita temui.
Beguyur bae bisa diartikan dengan step by step (terjemahan bebas). Ungkapan seperti ini menunjukkan adanya keoptimisan, tidak fatalis, dan tidak mengeluh. Frase seperti inilah yang saya sukai dari masyarakat Palembang.
Pesan moral: tetap berikhtiyar dalam mencapai tujuan dengan kesabaran.
Pesan moral: tetap berikhtiyar dalam mencapai tujuan dengan kesabaran.