Jika ada waktu, saya sering menemani Umminya anak-anak berbelanja. Kadang ke pasar tradisional, kadang ke pasar modern, kadang ke Indom***t atau Alfam***t, dan sesekali ke mal.
Kali ini saya akan berbagi pengalaman saat ikut berbelanja di pasar tradisional dan/atau modern. Sebenarnya antara pasar tradisional dan modern, suasananya sama saja, yang beda hanya bentuk bangunan yang dipakai untuk berjualan.
Baca juga: Palembang: Sekilas Pandang dan Ingatan pada Kaltim
Seperti biasa, saat berbelanja di pasar kita akan menanyakan harga barang per satuan, dilanjutkan proses tawar menawar, dan berakhir deal. Awal-awal kami di Palembang sempat mengalami culture shock dalam berbelanja, karena ada istilah-istilah khusus yang (bisa jadi) hanya ada di sini.
Nah, berikut istilah khusus dalam jual beli di Palembang
1. Mato
Mato secara harfiah artinya mata. Di Palembang kata "mato" digunakan dalam jual beli sebagai satuan berat yang sama dengan ons. Jadi 1 mato sama dengan 1 ons.
"Berapo Mang hargo kapulaga ini"
"Empat ribu semato, Yuk!"
Karena bingung dengan istilah semato maka ditanyalah berapa harga per kilonya
"Men sekilo berapo, Mang?"
"Yo, empat puluh ribu , Yuk!"
"Ohh, mak itu!"
2. Tengah Duo
Jika kita mendengar frasa "tengah duo", itu sama dengan satu setengah. Tengah duo ribu artinya seribu lima ratus. Tengah duo juta artinya satu setengah juta.
3. Ikok
Ikok adalah bahasa Palembang yang dipakai sebagai satuan jumlah. Ikok bisa berati buah, butir, dan sejenisnya
"Bik, ado ayam goreng?"
"Ado, Dik. Nak meli berapo ikok?"
"Limo puluh ikok bae Mang!"
"Banyak nian, Dik, melinyo"
"Yo Bik. Ni lagi ngidam ayam goreng!"
Nuwun sewu, kula tag Ibu +rita jatmiko