Kemarin saya jalan-jalan bersama anak saya. Saya melihat ada sebuah lembaga bimbingan belajar terkenal di negeri ini berada di pinggir jalan protokol di Sangatta, Kutai Timur. Maklumlah saya termasuk di tempat ini, baru sebulanan pindah. Di tempat lama saya -kayaknya- saya belum pernah melihat ada lembaga ini ada di pinggir jalan atau saya yang kurang "peka"? Tak tahulah.
Sudah bukan rahasia lagi, UAN sekarang menjadi salah satu momok bagi pelajar. Dengan standard nilai tertentu, para pelajar diharuskan mempunyai nilai yang sama dan atau lebih, agar bisa lulus dari sekolah. Kondisi seperti inilah yang memberi peluang tumbuhnya lembaga-lembaga bimbingan belajar, yang seolah memberi garansi kelulusan bagi pelajar yang mau mengikutinya.
Tumbuhnya lembaga bimbingan belajar, menurut saya menjadi "permasalahan" bahwa ada yang tidak beres dalam sistem pendidikan kita .
Pertama, keberhasilan pendidikan seperti diukur dengan sederet angka. Jika orientasinya hanya "angka", hal ini bisa berbahaya. Kita juga harus menilai seseorang dari karakter, kompetensi, kemandirian, dedikasi, dan kredibilitas. Bila seseorang punyai nilai bagus, atau sudah menyandang gelar sarjana tapi tidak kredibel dan tidak punya kompetensi, untuk apa nilai dan gelar tersebut? Mungkin ini ada hubungannya dengan tingginya tingkat korupsi di negeri ini, semuanya serba angka. Tapi bukan berarti penilaian tidak perlu, hanya saja ini bukan satu-satunya keberhasilan. Sebab ada juga nilai tinggi karena hasil mencontek.
Kedua, kehadiran lembaga bimbel mengisyaratkan bahwa tenaga pendidik di sekolah formal kurang atau tidak mampu mengantar anak didiknya berhasil di sekolah. Bila mampu, mengapa mesti ikut lembaga bimbel? Ada kesan, belajar di sekolah masih belum cukup. Bukan berarti lembaga pendidikan non-formal tidak perlu. Ada lembaga kursus yang terkadang perlu untuk diikuti: kursus musikkah, bahasa, atau yang lain. (sesuai kebutuhan). Masalahnya, mereka yang ikut bimbel ini "pekerjaanya" hanya mengulas soal dan jawaban, bukan keahlian atau penyaluran bakat, iya kan?
Yah ini sekedar tulisan, bila ada susunan kata yang tidak bagus, harap maklum, namanya juga blog :)