Coto Makassar (resephariini.com) |
Setelah tanya kabar masing-masing. Pembicaraan mengarah ke makanan, maklum lebaran. Rupanya, karena orang Sulawesi, sempat-sempatnya dia (dan kawan-kawan) membuat buras. Buras ini sepupunya lontong, hanya saja bentuknya pipih, gak bulat gitu. Dan aslinya dimasak berjam-jam. Yang membuat saya geleng-geleng kepala, pembungkus buras yang mereka buat pakai alumunium foil. Saya tanya, mengapa gak pakai daun pisang, tidak ada pohon pisang kah di sana? Pikiran saya, katanya delta Nil itu subur, siapa tahu ada pisang. Jawab dia, saya tinggal di Kairo, Sob! Maksudnya mana ada pohon pisang di kota. Di luar Kairo yang ada juga padang pasir.
Selain itu, mereka juga membuat Coto Makassar. Jauh-jauh di negeri orang, ehh masih juga suka makan coto. Orang Sulawesi kalau menyebut soto, coto. Kata istri saya bumbu coto itu sama dengan soto biasa, hanya saja ditambahi kacang tanah yang dihaluskan. Isinya daging sapi atau jeroannya. Untuk tulangnya, biasanya dibikin sop, namanya Konro. Hmmm, jadi mupeng nih!
Inilah menu lebaran anak Sulawesi di Mesir.
Karena masih bujang, saya goda dia, kapan mau nikah? Katanya masih dalam rencana. Jawaban khas orang jomblo. Dia ingin menikah de ngan orang rumpun Melayu, apakah itu Indonesia, Malaysia, atau Singapura. Meskipun, katanya, gadis Mesir itu cantik-cantik (Melayu jauuuh) dia tidak berkeinginan menikah dengan gadis Mesir.
Ini aneh, katanya cantik-cantik tapi kok gak mau. Rupanya, kebanyakan gadis Mesir yang menikah dengan orang Indonesia gak mau tinggal di Indonesia. Wadoh, takut kalah saing barangkali ya!