Melihat si kecil mulai bisa membaca, saya merasa gembira. Jauh sebelum itu, saya sudah sering mendengar adanya pro-kontra tentang aktivitas membaca bagi anak pra-sekolah. Bahkan belum lama ini ada yang "memancing" dengan status di Facebook.
Kalau mendengar dari sebagian para guru, mereka mengatakan tidak boleh diajarkan membaca. Alasannya menghambat, menekan dan mempersulit anak, belum waktunya katanya. Prinsip ini diperoleh dalam pendidikan sebelum menjadi guru, berpijak pada pendapat Jean Piaget, seorang psikolog Barat, yang dijadikan acuan dalam kurikulum pendidikan nasional. Intinya usia 7-12 tahun baru boleh belajar membaca.
Ada lagi yang mengatakan ketika anak-anak sudah mulai mempunyai kemampuan untuk memberi dan mengenal nama-nama benda, inilah bekal awal untuk membaca.
Contoh: bila anak dapat menamai benda bulat bisa menggelinding dengan nama "bola", benda lain dinamai "roti, dot, daun, dan seterusnya", logikanya bisa juga menamai susunan alfabet "s-u-s-u" dengan nama "susu".
Kalau saya pribadi, cenderung pada pendapat kedua. Yang penting tidak dipaksa (nanti trauma), tidak terlalu rumitdan "having fun".
Membaca bagi Anak Pra-Sekolah
About the Author
Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.