Kata orang, sejarah itu milik penguasa. Siapa yang berkuasa, dialah yang menentukan siapa pahlawan, siapa musuh sekalipun musuh di pihak yang benar. Saat Partai Kuomintang menguasai China Daratan, Partai Komunis adalah musuh negara. Namun saat Komunis di bawah pimpinan Mao Zedong memenangkan pertempuran tahun 1949, bisa ditebak siapa yang jadi musuh negara. Pun di Indonesia. Bung Karno berkuasa dipakailah Demokrasi Terpimpin, saat Soeharto berkuasa diganti Demokrasi Pancasila. Memangnya demokrasi ada berapa macam, ya? Dan, sekarang zaman SBY, demokrasi nampaknya mau dikembalikan ke asalnya a la Barat. Ini bisa dilihat dari beberapa hal: penamaan partai punya SBY yakni Demokrat seperti ingin meniru nama partai yang ada di AS, gaya berkampanye pilpres, acara Inaugurasi, sistem ekonomi, pemilihan menteri tertentu, benar-benar berbau AS. Terakhir, peristiwa berdirinya patung Obama di Menteng, meskipun bukan SBY yang mendirikan, menyiratkan hal ini. Apakah Indonesia sudah kehilangan figur pahlawan? Sehingga harus Obama yang dipilih? Apa yang sudah diperbuat dia untuk negeri ini? Bukankah hanya sekedar numpang sekolah SD beberapa tahun? Harusnya Bapak Kasek SD di Menteng yang dijadikan patung di Honolulu, karena mau menampung dia sekolah. Coba lihat sekarang, berapa ratus imigran pencari suaka dari Srilanka, Afganistan, Iraq diusir dari Indonesia.
Oke kembali ke laptop. Nampaknya SBY mulai dilanda kebimbangan untuk ke sekian kalinya. Satu sisi dia ingin menerapkan demokrasi a la Amerika di segala sisi: diterapkan sistem liberalisme dalam bidang ekonomi, dalam kasus Cicak vs Buaya SBY tidak mau intervensi di bidang hukum, kasus Centurygate tidak mau menonaktifkan Boediono-Srimulyani dengan dasar konstitusi, kasus Bendera yang diadukan melalui hukum.
Belakangan hadir sebuah buku karya George Junus Aditjondro, "Membongkar Gurita Cikeas". Perihal SBY dikupas dalam satu bab. Menurutnya, SBY menggunakan yayasan-yayasan yang didirikan sebagai modus untuk mendapatkan dana kampanye (pola ini sudah lama digunakan oleh salah satu partai Islam yang mendirikan begitu banyak yayasan, sekolah, panti di seluruh negeri. Mungkin juga untuk mendukung finansial partai Islam tersebut). Masalahnya, yayasan adalah lembaga yang unauditable jadi kita hanya bisa mengira.
Dus, berkenaan dengan buku tadi akan kita lihat apakah SBY masih seorang demokrat atau cenderung otoriter? Bila ia seorang demokrat, ia akan membuat buku tandingan berisi data-data bahwa kemenangan Partai Demokrat adalah bersih. Tapi, apakah bisa? Menanggapi klaim Bendera saja, belum jelas kelanjutannya. Bila dia melarang buku maka ini isyarat munculnya Orde Baru Jilid 2 sebab tangan besi bukanlah watak dari demokrasi. Jadi, kita tunggu saja.
--------------------------------------------------------------
Ovi Mail: Free email account from Nokia
http://mail.ovi.com
Demokrat atau Tangan Besi(?)
About the Author
Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.