Secara ringkas, kualitas hidup manusia menyangkut: pemenuhan kebutuhan primer, pendidikan, kesehatan, dan kependudukan. Menurut BPS ada sekitar 30% penduduk miskin Indonesia sedang data World Bank ada 100-an juta. Dalam debat cawapres tadi malam diungkapkan tentang missi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam tataran praksis. Mudah2an Allah Taala memudahkan langkah2 mereka.
Dan saya teringat pada pelajaran dalam Tarikh Islam bahwa dari sekian ratus-ribu jumlah sahabat Rasulullah SAW hanya ada sekitar 25 sahabat yg tergolong kelompok 'the haves', lainnya ada ahlus sufah, dsj. Mudahnya miskin. Tapi, mereka mampu menaklukkan adidaya: Persia dan Romawi. Menguasai Mesir sampai bibir Atlantik. Tentaranya sampai di Hindustan. Tapi kita lihat apakah kehidupan Umar bin Khaththab mewah. Tidak! Sebagai Amirul Mu'minin, beliau pun bisa tidur di bawah pohon kurma. Saat, rampasan perang dari Persia dihadapkan kepadanya, Umar malah menangis. Bukan merasa kurang malah ia mengkhawatirkan kehancuran kaum Muslimin akibat dari harta.
Dalam kaitan ini, saya pernah mendengar dari Pimpinan Mu'alaf di Kpg. Gemuruh bahwa para mualaf belum bisa 'menuntut ilmu, ibadah' dengan alasan makan saja susah. Padahal sebetulnya justru sebaliknya, apabila kita dekat dengan Allah Taala, maka Dia akan mencukupi kebutuhan hamba-Nya. Bisa jadi, inilah alasan mengapa Negara2 Teluk Persia menjadi kaya. Siapa sangka? Tahun 30-an, Arab Saudi dan sekitarnya dicibir sbg negara onta pada saat Eropa sedang bangkit industrinya. Sekarang?
Di sinilah terdapat 2 paham: materialisme dan Tawhid (Islam) dengan segala derivasinya. Parameter yg dipakai BPS dan World Bank adalah berpijak pada materialisme. Tapi, bukan berarti Islam tidak perlu materi. Yang terpenting adalah cara pandang terhadap materi. Sebagai tujuan atau alat?
-----------------------------------------------------------------
Ovi Mail: Easy setup in minutes
http://mail.ovi.com