Beberapa hari yang lalu, saya menemani Umminya anak-anak ke pasar Plaju. Biasa, shopping! Bagi kami shopping gak harus ke mal. Warung pinggir jalan, tetangga, apalagi pasar bisa menjadi tempat shopping. 😆😆😆
Di salah satu kios, Umminya anak-anak membeli seikat daun sirih dan salam. Sejurus kemudian dilihatnya ada kluwek. Katanya sih sudah tahun kelima semenjak kepindahannya dari Kalimantan Timur ke Palembang, baru kali ini melihat kluwek.
Ini penampakan kluwek
Kluwek, yang termasuk kedalam bangsa bumbu dapur, biasa dipakai untuk memberi warna hitam pada beberapa masakan di beberapa daerah. Misalnya, Rawon di Jawa Timur
dan Konro di Sulawesi Selatan.
Umminya anak-anak membeli beberapa ons kluwek. Persiapan membuat Konro, sup tulang khas Sulawesi Selatan. Ada tulang sapi di rumah, bagian daging Qurban kemaren.
Kembali ke cerita shopping
Ketika Umminya anak-anak bilang, "Bu, beli kluweknya, berapa 1 ons?", Penjualnya bingung. Lalu ditunjukkanlah kluwek. Kata ibu penjualnya, "Oh, tuba! Kami di dusun menyebutnya tuba". Di Palembang, istilah dusun mengacu pada daerah pedesaan non Palembang seperti Komering, Lahat, Musi Rawas, dan sejenisnya. Saat saya konfirmasi pada teman asli Palembang -dengan menunjukkan buah kluweknya- sebut saja Pak Anto, orang dari Jl. Cinde Welang, Pasar Cinde; terus Pak Akan, orang 3 Ulu Kertapati, dan Pak Kasdi, orang Sebokor, rupanya mereka tidak tahu namanya. Sementara saat saya tanya pada teman bernama Mas Sholihin, warga di Jalan Lingkar Jakabaring Selatan, dia mengaku mengenal Tuba yang pernah digunakan untuk membuat mabuk ikan di sungai. Namun dia menggunakan akar pohon tuba, buahnya belum tahu. Jadi, untuk sementara saya masih berpegang pada penuturan pedagang di Pasar Plaju bahwa kluwek itu tuba.
Mendengar nama tuba, saya langsung teringat peribahasa Air susu dibalas dengan air tuba yang bermakna tindakan kebaikan yang dibalas dengan kejahatan. Secara lahiriah, air susu berwarna putih melambangkan kebaikan dan air tuba yang berwarna hitam melambangkan kejahatan. Bisa jadi dari warna itulah yang mengilhami nenek moyang membuat peribahasa tersebut.
******
Pernah mengalami mabuk kepayang, kan? Kondisi di mana kita jadi suka bengong, setengah tidak sadar, makan tidak enak, tidur tidak nyenyak, duduk pun gelisah. Eh, Itu sakit gigi ya?
Kepayang yang menjadi penyebabnya merupakan nama lain dari kluwek. Lebih jelasnya silahkan baca skrinsyut dari Wikipedia di bawah ini
(Air) Tuba: dari Masakan, Peribahasa, dan Kasmaran
About the Author
Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.