Adanya berita bahwa parpol yg kalah dalam ajang pilpres akan menjadi oposisi, patut diapresiasi. Indonesia memang belum terbiasa dengan tradisi ini. Pengaruh dari lamanya ORBA yg berkuasa selama 32 tahun. Di masa ini, para legislator biasa melakukan 5D, Iwan Fals mengistilahkan dengan 'paduan suara', apa kata bos.
Penghargaan layak diberikan kepada PDIP dan PG, bila benar2 jadi oposan. Sebab bila semua partai membela sang pemenang, semua dapat jatah menteri, semua dapat posisi. Lalu, ditaruh di mana ideologi? Bukankah keberadaan partai untuk memperjuangkan ideologi? Sangat lucu kan, bila partai dengan azaz Islam apalagi mengaku Ikhwanul Muslimin berkumpul dengan partai underbownya AS?
Terus, apa bedanya dengan ORBA? Menjadi Oposisi bukanlah hal yg buruk. Ibarat mobil, negara ini tidak hanya perlu 'tarikan gas' tapi juga perlu 'rem'. Dan yg terpenting lagi memastikan Indonesia tetap dalam punya kedaulatan, bukan jadi negara bagian AS ke-54.
Oh, Indonesiaku semoga Alloh Taala tidak menjadikanmu negeri "baldatun la'natun wa Robbun ghodubun". Dan, kapankah engkau menjadi Indonesia yg kuat dan berdaulat. Sejajar dengan bangsa lain, bukan di bawah ketiaknya AS.
-----------------------------------------------------------------
Ovi Mail: Being used by users in 178 countries
http://mail.ovi.com
Mengembangkan Tradisi Oposisi
About the Author
Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.