Selamat datang di Kosim.web.id, semoga Kita s'lalu dalam lindungan-Nya

Trip to Medan: Kondisi Jalan, Google Maps, dan Puak Melayu

Ke Medan lagi? Ya, itu yang saya lakukan beberapa hari lalu dalam rangka mengikuti Halaqah Muharram Hidayatullah se-Sumatera (baca: Orang Beriman Tak Mungkin Malas).  Dua tahun yang lalu dalam perjalanan ke Kota Berastagi, Tanah Karo, saya pernah juga ke sini dan masih terasa capeknya (baca: Sudut Kota Berastagi dan Gunung Sinabung). Berlebihan? Tidak juga. Merasakan jauhnya itu nah, yang membuat badan masih terasa capek. Ini karena saya menggunakan transportasi darat. 

Kondisi Jalan

Perjalanan dari Palembang, Sumatera Selatan ke Medan, Sumatera Utara menempuh jarak 1.395,4 km dengan durasi perjalanan selama 2 hari 2 malam! Hasil pencarian di Google, jarak sejauh itu -katanya- bisa dicapai selama 29 jam. Percayalah itu hanya mitos! Kondisi jalanan yang tidak selalu lurus dan mulus, banyak belokan, naik turun gunung, melewati hutan, belum iring-iringan truk monster yang gedhe-gedhe itu. Kita juga perlu istirahat untuk makan, pipis, meluruskan badan sejenak, mandi, isi bahan bakar, dan tentu saja melaksanakan kewajiban Shalat lima waktu yang dalam kasus ini dilaksanakan pada tiga waktu saja karena kami menggunakan rukhshah dengan men-jama' dan meng-qashar shalat. Masih alhamdulillah tidak ketemu begal. Inilah beberapa faktor yang menyebabkan durasi perjalanan dari Palembang ke Medan tidak bisa ditempuh selama 29 jam.


Jalan Lintas Timur Sumatera yang menghubungkan Aceh ke Lampung kondisinya sudah beraspal. Di beberapa titik jalanan sudah menggunakan beton. Jalan tol juga sudah mulai dibangun seperti di Lampung (Bakauheni - Bandar Lampung - Terbanggi Besar), Sumatera Selatan (Palembang - Indralaya), dan Sumatera Utara (Medan - Binjai). Artinya, perjalanan darat di Sumatera sudah lancar, tidak perlu takut bertemu jalanan berlubang yang becek akibat hujan yang memaksa mobil harus berhenti berhari-hari menunggu tanah kering kembali. 

Hanya saja ada di beberapa daerah, kondisi jalannya rusak. Ruas jalan dari Sungai Lilin, Kab. Muba hingga perbatasan Jambi masih banyak lubang. Kata orang sekitar sana, "...ini karena pemerintah hanya memikirkan Jakabaring saja, jalan-jalan di daerah tidak diperhatikan". Kata teman dari Belitang yang dekat dengan Lampung, kondisi jalannya juga sama, banyak yang rusak! 
Saya sendiri tidak tahu, banyak even skala internasional sering dilakukan Sumatera Selatan seperti Islamic Solidarity Games dan akan menjadi tuan rumah Asian Games. Artinya di Sumatera Selatan itu punya banyak uang. Namun, mengapa jalanan di daerah ini banyak yang rusak? Entahlah...

Jalanan dengan kondisi kurang bagus (banyak lubang) yang lain terdapat di sekitar perbatasan Jambi dan Riau. Ruas Dumai ke perbatasan Riau-Sumut. Jika kita melewati Siak Sri Indrapura, Sungai Pakning, dan Dumai juga ada di beberapa titik yang berlubang. Selain itu, jalanan secara umum dalam kondisi bagus apalagi jika sudah memasuki Sumatera Utara.

Google Maps

Teman yang bertindak sebagai sopir, hanya hapal jalanan dari Palembang menuju Jambi. Jambi menuju Medan, kami mengandalkan Google Maps yang ada di perangkat Android kami. Pengalaman kemarin, Google Maps yang kami gunakan cukup membantu memandu perjalanan kami. Dan dalam hal ini kami mesti berterima kasih kepada operator telekomunikasi plat merah: telk*msel di mana sinyalnya (bisa dikatakan) selalu ada di sepanjang perjalanan.

Saya sendiri menggunakan layanan data dari operator Semarfriend yang hanya ada di wilayah perkotaan saja. Dan tidak berkutik ketika berada di wilayah "kehutanan". Untungnya perangkat saya menggunakan dual SIM.

Puak Melayu

Jika diperhatikan, perjalanan dari Palembang menuju Medan merupakan perjalanan yang menelusuri wilayah yang didiami oleh puak Melayu. Melayu Palembang, Melayu Jambi, Melayu Riau, dan Melayu Deli. Jadi, jika kita bisa berbahasa Indonesia, kita tidak akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan penduduk tempatan. Melayu Palembang dan Jambi, bahasanya berpola ''o", Melayu Riau, berpola "a, e, dan o". Itulah perbedaan kecil dari bahasa Melayu yang mirip dengan logat Jawa Jogja dan Banyumasan.

(Foto foto menyusul insya Allah)

About the Author

Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.

Posting Komentar

Silakan memberikan saran, masukan, atau tanggapan. Komentar Anda akan saya moderasi terlebih dahulu. Tautan aktif sebaiknya tidak dipasang dalam komentar. Dan, mohon maaf, komentar Anda mungkin tidak segera saya balas, karena kesibukan dan lain hal. Terima kasih :)
---Kosim Abina Aziyz
Subhanallah!
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan koneksi internet Anda. Hubungkan lagi koneksi internet Anda dan mulailah berselancar kembali!