Selamat datang di Kosim.web.id, semoga Kita s'lalu dalam lindungan-Nya

Tabayyun, Sesuatu yang Harus Ada di Era Medsos

Awal tahun 2013, saya pernah ditegur teman kala meminum kopi bermerk Luwak White Koffie, kopi sachet harga seribuan. Tegurannya, "Akhi, kok minum itu? Bukankah itu haram?", saya balik bertanya "kata siapa?" Dia menjawab "lho memang belum baca ya, link di Fesbuk? Dengan santai saya menjawab "Sudah, makanya saya berani minum! Saya sudah mencari berita, ada penjelasan dari LPPOM MUI bahwa kopi ini sudah mendapat sertifikat halal!" (ini salah satu linknya).

Di waktu lain, ada kejadian yang bikin saya ngakak, seorang teman membagi link di Fesbuk yang memberitakan bahwa Sri Paus Paulus II masuk Islam. OMG! Bagaimana mungkin orang yang "sudah tiada di dunia" bisa mengucapkan syahadat? Cobalah gunakan sedikit saja akal sehat. Jangan langsung menelan itu berita langsung di-share!

Dan yang terbaru, kasus larangan jilbab syar'i. Ah, sudahlah....

========

Di negeri ini, jika ingin membuat segalanya menjadi heboh dan viral, juallah hal-hal yang berbau SARA. Apalagi jika berkaitan dengan dunia politik, yakinlah responnya akan "bagus"! SARA, politik dan media sosial adalah kombinasi hebat, terkhusus bagi orang yang tidak membiasakan diri bertabayyun, melakukan "cek dan ricek".



Dan, bagi orang beriman, Allah sudah memberikan rambu dalam QS al-Hujurat ayat 6, "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan menyesal atas perbuatanmu itu.”

Perintah tabayyun atau mendalami masalah, merupakan peringatan, jangan sampai kita melakukan tindakan yang menimbulkan dosa dan penyesalan akibat keputusan yang tidak adil atau merugikan pihak lain.

Di dalam al Qur’an, perintah tabayyun juga terdapat pada QS. al-Hujurat: 6. Dalam ayat tersebut tersirat suatu perintah Allah, bahwa setiap mukmin, yang sedang berjihad fi sabilillah hendaknya bersikap hati-hati dan teliti terhadap orang lain. Jangan tergesa-gesa menuduh orang lain, apalagi tuduhan itu diikuti dengan tindakan yang bersifat merusak atau kekerasan. 

Terhadap mereka yang mengucap ”Assalamu’alaikum” atau ”la ilaha illallah”, misalnya, yaitu ucapan yang lazim dalam Islam, terhadap orang tersebut tidak boleh dituduh ”kafir”, sekalipun ucapan itu hanya zhahirnya. Ini hanya sekedar contoh, di mana kita tidak boleh gegabah dalam mensikapi orang lain.

About the Author

Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.

Posting Komentar

Silakan memberikan saran, masukan, atau tanggapan. Komentar Anda akan saya moderasi terlebih dahulu. Tautan aktif sebaiknya tidak dipasang dalam komentar. Dan, mohon maaf, komentar Anda mungkin tidak segera saya balas, karena kesibukan dan lain hal. Terima kasih :)
---Kosim Abina Aziyz
Subhanallah!
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan koneksi internet Anda. Hubungkan lagi koneksi internet Anda dan mulailah berselancar kembali!