Tahun 2006, saya membuat rekening pada Bank Muamalat tanpa buku tabungan, berupa layanan Kartu Shar-e. Dengan kartu ini saya bisa melakukan transaksi perbankan seperti pada umumnya: tarik tunai, transfer, cek saldo dan bisa berfungsi sebagai kartu debit. Dan yang paling nyaman, saya bisa menyetor via Kantor Pos. Layanan via Kartu Pos ini, konon, sudah dihentikan.
Sekitar dua tahunan ini, saya –bisa dikatakan- tidak pernah melakukan transaksi melalui Kartu Shar-e yang saya punya. Saldo waktu itu sepertinya tidak sampai Rp 100.000,-. Dengan durasi sekitar dua tahun, saya menganggap kartu ini sudah tamat. Sebelumnya saya pernah juga punya kartu ATM dari Bank lain, dan karena jarang mengisi dan saldo yang makin menipis akibat potongan biaya administrasi, akhirnya saya biarkan. Dan saya anggap mati juga!
Dua bulan lalu, saya dimintai tolong teman untuk mentransfer dana (lebih tepatnya menyetor) ke rekening orang tuanya di Bank Muamalat. Saat berada di kasir, setelah selesai transaksi saya ditanya oleh petugas kasir, “Ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?”, saya jawab, “Ada Mbak. Saya punya kartu Shar-e yang sudah dua tahun tidak saya gunakan. Bisa tidak saya mengecek kartu Shar-e saya, apakah masih ada saldonya?” Beliau pun menunjukkan tempat untuk keperluan tersebut.
Sepertinya bagian tersebut adalah bagian CS (Customer Service), di situ saya ditanya berkenaan dengan biodata: nama, tempat tanggal lahir, alamat saat mendaftar dan nama ibu kandung dan nomor hape, sambil mencocokkan dengan database yang dimiliki bank. Untuk pertanyaan yang terakhir, saya beruntung sebab sejak tahun 2006 belum pernah ganti nomor (tipe orang setia )
Mbak CS pun lalu berkata,”kartu Shar-e masih tetap hidup dengan saldo minus Rp 10.000,- nanti setelah Bapak menyetor lagi akan dikurangi secara otomatis.”
Kesimpulannya, kartu Shar-e saya masih hidup meskipun saya tidak pernah mengisi.
Sekitar dua tahunan ini, saya –bisa dikatakan- tidak pernah melakukan transaksi melalui Kartu Shar-e yang saya punya. Saldo waktu itu sepertinya tidak sampai Rp 100.000,-. Dengan durasi sekitar dua tahun, saya menganggap kartu ini sudah tamat. Sebelumnya saya pernah juga punya kartu ATM dari Bank lain, dan karena jarang mengisi dan saldo yang makin menipis akibat potongan biaya administrasi, akhirnya saya biarkan. Dan saya anggap mati juga!
Dua bulan lalu, saya dimintai tolong teman untuk mentransfer dana (lebih tepatnya menyetor) ke rekening orang tuanya di Bank Muamalat. Saat berada di kasir, setelah selesai transaksi saya ditanya oleh petugas kasir, “Ada lagi yang bisa saya bantu, Pak?”, saya jawab, “Ada Mbak. Saya punya kartu Shar-e yang sudah dua tahun tidak saya gunakan. Bisa tidak saya mengecek kartu Shar-e saya, apakah masih ada saldonya?” Beliau pun menunjukkan tempat untuk keperluan tersebut.
Sepertinya bagian tersebut adalah bagian CS (Customer Service), di situ saya ditanya berkenaan dengan biodata: nama, tempat tanggal lahir, alamat saat mendaftar dan nama ibu kandung dan nomor hape, sambil mencocokkan dengan database yang dimiliki bank. Untuk pertanyaan yang terakhir, saya beruntung sebab sejak tahun 2006 belum pernah ganti nomor (tipe orang setia )
Mbak CS pun lalu berkata,”kartu Shar-e masih tetap hidup dengan saldo minus Rp 10.000,- nanti setelah Bapak menyetor lagi akan dikurangi secara otomatis.”
Kesimpulannya, kartu Shar-e saya masih hidup meskipun saya tidak pernah mengisi.