Tahu jangkrik, kan? Itu serangga yang suka krak-krik kalau sudah malam tiba. Oleh orang Semarang, jangkrik digunakan sebagai alat pengungkap kejengkelan, kalau lagi jengkel, marah atau emosi, mereka bilang "jangkrik". Kalau punya tivi yang harus dipukul dulu sebelum ditonton, disebut tivi jangkrik, gak bedalah dengan kaum santri yang suka menyebut "maa syaa Allah, astaghfirullaah".
Sesuatu yang menjengkelkan bisa kita temui kapan saja dan di mana saja, naudzubillah. Saat berbelanja di swalayan baik yang kecil maupun besar, terkadang kita menemui hal seperti ini
1. Diawasi penjaga
Paling tidak menyenangkan saat belanja di swalayan, diawasi dan diiikuti oleh penjaga. Kemana pun kaki melangkah, dia selalu ada di dekat kita. Seolah-olah kita itu itu maling! Suasana seperti ini, sungguh tidak nyaman. Kenapa tidak sekalian saja pakai
2. Disamperin petugas
Saat milih-milih produk, cari harga yang paling murah. Terus datang mbak-mbaknya sambil ngomong ini itu, langsung hilang dah selera cari harga murah
"cari apa Pak? Sabun cuci? Ini harga sepuluh ribu, kalau yang itu dua belas. Bapak mau pilih yang mana?"
"Saya lagi cari palu karet, mbak! Kok gak ada di sini, ya?"
"Oh, bapak ke toko bangunan. Untuk nukang ya, Pak?
"Gak mbak, rencananya untuk ngetok kepala mbak!"
3. Dikasih kembalian permen
Dikasih kembalian permen sama kasir adalah salah satu momen jangkrik. Sebetulnya gak masalah dikasih kembalian permen asal bisa dipakai untuk belanja lagi. Sistem barter gitu, tapi apa mereka mau?
4. Petugasnya judes
Pernah gak saat membayar di kasir ketemu mbak-mbak yang gak ramah. Kita tahu kok, beliau-beliau itu punya jadwal rutin tiap bulan tapi ya njangan dibawa-bawa ke kasir. Senyum gak susah kok
5. Dibombardir penawaran
"Bapak, sudah punya kartu member? Kembaliannya didonasikan untuk lembaga sosial, ya Pak? Gak sekalian isi ulang pulsa, Pak?
"Lho, mbak! Saya kan sering ke sini. Kemarin juga sudah saya jawab: tidak. Mengapa ditanya terus?"
==========
Meskipun banyak toko swalayan, usahakan berbelanja juga di warung pinggir jalan dan pasar tradisional. Ini adalah wujud dukungan terhadap usaha kecil dan empati terhadap orang kecil yang berusaha berdikari.