Selamat datang di Kosim.web.id, semoga Kita s'lalu dalam lindungan-Nya

Pekerjaan #1: Tidak Disebut Bekerja Jika Tidak Menghasilkan Uang?

Dalam sebuah acara silaturahim, seorang teman bertanya kepada tuan rumah, "bekerja di mana? Ibu juga bekerja di mana?" Biasalah, basa-basi orang Timur saat bertemu dengan orang yang baru dikenalnya. Sang tuan rumah menjawab bahwa beliau bekerja di sebuah perusahaan plat merah bidang IT sementara istri beliau, ini yang membuat saya terkejut, tidak bekerja kata beliau, hanya ibu rumah tangga biasa.

*****

Setahun yang lalu saya resign dari pekerjaan kantoran. Pekerjaan yang membuat hidup saya mesti hidup teratur dan diatur-atur.

Salah satu efek samping dari resign ini, saya mempunyai banyak waktu berkumpul dengan keluarga. Salah duanya, pemasukan menjadi tidak teratur lagi. Meskipun demikian, kalau untuk urusan rejeki saya meyakini bahwa Tuhan sudah menanggungnya. Tinggal berusaha saja sebagai wasilah agar rejeki datang. Alhamdulillah, selama ini Tuhan selalu mencukupinya.

Banyaknya waktu bersama keluarga membuat saya paham bahwa pekerjaan menjadi ibu rumah tangga, selanjutnya disebut IRT, bukanlah pekerjaan yang ringan.

Pekerjaan IRT bisa dikelompokkan menjadi dua bagian: urusan domestik dan urusan anak-anak.

Urusan domestik itu ya seperti menyapu, mencuci piring dan pakaian, menyetrika, melipat pakaian dan menyusunnya, memasak, dan sejenisnya. Jika semua pekerjaan ini diuangkan, menjadi IRT merupakan profesi yang sangat bisa di-monetisasi. Itulah sebabnya ada profesi menjadi asisten rumah tangga. Ambil contoh, tetangga kami yang bekerja menjadi asisten rumah tangga khusus mencuci pakaian, gajinya 1 juta per bulan. Tetangga yang lain yang sering dimintai tolong untuk menyetrika pakaian diberi upah 30 ribu rupiah untuk beberapa potong pakaian sekali penyeterikaan. Sayangnya untuk semua jenis pekerjaan yang dilakukan oleh IRT itu dianggap "jobless".

Urusan anak-anak, ini yang menurut saya tidak bisa diwakilkan oleh asisten rumah tangga. Makanya dalam agama ada istilah Ibu itu "Madrasatul Ulaa" , sekolah pertama bagi anak-anak. Di sinilah untuk pertama kalinya mereka belajar berbahasa, adab, ibadah, motorik halus dan kasar, belajar tentang kehidupan, dan yang lebih berat adalah pembentukan karakter.

Dus, mengurus anak-anak bukan sekedar urusan suap-menyuap, mengganti popok, atau membelikannya mainan.

******

Baik, saya memahami maksud tuan rumah di atas yang mengatakan bahwa "menjadi IRT sama dengan tidak bekerja" maksudnya adalah tidak ada income dari hasil bekerja menjadi IRT. Namun setidaknya, tidak ada pos pengeluaran bagi asisten rumah tangga dan baby sitter, ya kan?

About the Author

Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.

Posting Komentar

Silakan memberikan saran, masukan, atau tanggapan. Komentar Anda akan saya moderasi terlebih dahulu. Tautan aktif sebaiknya tidak dipasang dalam komentar. Dan, mohon maaf, komentar Anda mungkin tidak segera saya balas, karena kesibukan dan lain hal. Terima kasih :)
---Kosim Abina Aziyz
Subhanallah!
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan koneksi internet Anda. Hubungkan lagi koneksi internet Anda dan mulailah berselancar kembali!