Selamat datang di Kosim.web.id, semoga Kita s'lalu dalam lindungan-Nya

Trip to Dumai: Jembatan, Kopi, dan Reuni Pernikahan

Melalui fesbuk, saya ditanya teman yang tinggal di Aceh Besar, "Apakah ente akan ke Dumai?" Saya menjawab, "Do'akan saja, semoga Allah memberikan cukup rizki!" Tak lupa saya meminta dibawakan oleh-oleh berupa kopi Gayo.

Teman saya tersebut, sebut saja Teungku Ahmad Mukmin, asli orang Dayak Tonyooi dari Kutai Barat, Kaltim. Istrinya orang Lhoknga, Aceh Besar. Sudah 13 tahun kami tidak pernah bertemu, semenjak kepindahan mereka dari Kalimantan Timur ke Aceh kira-kira 3 bulan sebelum tragedi Tsunami. Alhamdulillah, mereka selamat dari hantaman tsunami gegara mereka tinggal di atas bukit.

Akhir bulan September ini, ada acara Halaqah Muharram Hidayatullah se-Sumatera di Dumai. Dia berencana akan hadir. Sebagai teman, dia menanyakan apakah saya juga bisa hadir. Mau reuni ceritanya sebagai sesama orang Kaltim yang tinggal di Sumatera.

Singkat kata, saya bersama teman-teman dari Muara Enim, Lahat, Musi Rawas, Banyuasin, dan Palembang serta Lampung dan Babel, akhirnya berangkat ke Dumai. Menempuh perjalanan darat sejauh 980 km dan selama 39 jam (plus ishoma). Kebayang kan, bagaimana capeknya. Kalau sudah begini rasanya ingin nyewa helikopter saja. Maaf ngayal!

Alhamdulillah, perjalanan sejauh itu hanya dibantu GPS di 3 titik:

1. Sekitar Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah

Ini penampakan Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah

.   Sumber: Riau Online

.   Sumber: katariau.com

Jembatan ini terletak di Kota Siak Sri Indrapura, banyak persimpangan jalan yang memaksa mengaktifkan GPS agar tidak tersesat.

FYI, nama jembatan ini diambil dari nama permaisuri Sultan Syarif Kasim II (1915-1968), Sultan terakhir Kesultanan Siak Sri Indrapura yang merupakan Pahlawan Nasional Indonesia dari Riau yang dijadikan nama bandara di Pekanbaru.

Jembatan ini mempunyai panjang 1.196 meter, lebar 16,95 meter, dan tinggi 23 meter. Lebih panjang 79 meter dan lebih rendah 40 meter dibandingkan Jembatan Ampera yang memiliki panjang 1.117 meter dengan ketinggian 63 meter. Adapun untuk lebarnya lebih kecil 5,05 karena Jembatan Ampera memiliki lebar 22 meter.

2. Sekitar Sei Pakning, Bengkalis; dan
3. Dalam kota Dumai.


******

Setengah jam sebelum Subuh, kami sampai di Dumai. Tidur sebentar lalu menunaikan shalat Subuh. Di sela-sela acara, kami bertemu dengan Teungku Aceh, teman saya yang saya ceritakan di atas.

Dan, surprise! Rupanya dia benar-benar membawakan kopi Aceh, katanya sih asli Gayo.


Kalau dilihat dari kemasan, kopi ini masuk kategori P-IRT. Setelah saya minum, kopi ini tidak seperti kopi sachet-an harga seribuan. Rasa dan aromanya, 16-17 dengan kopi legendaris dari Sumatera Selatan: kopi Semendo. Di Palembang, kopi Semendo bisa didapatkan di Pasar 7 Ulu, kalau dari arah Jembatan Ampera berada di dekat simpang tiga ke arah kanan dikenal dengan  nama kopi cap Ont*. Pokoknya bikin nagih dan tidak bikin jantung berdebar. Swear, saya gak dibayar untuk nulis kopi ini.

*******

Ajang ini saya manfaatkan untuk sekalian reuni bersama teman lain seangkatan menikah. Apa? Reuni Menikah? Ya, tidak salah, Reuni Pernikahan. Reuni tidak harus yang seangkatan sekolah/kuliah, kan?

Dan saya merupakan salah satu peserta pernikahan mubarokah di Pesantren Hidayatullah Pusat Balikpapan sebanyak 44 pasang sesama santri, belasan tahun yang lalu. Kebanyakkan dari kami dinikahkan lintas etnis. Seperti saya yang berasal dari etnis Jawa dipasangkan dengan istri beretnis Bugis-Mandar. Teman yang Teungku tadi, asli Dayak beristri asli Aceh.

Di antara itu, ada tiga pasang yang terdampar di Sumatera. Di samping saya dan Teungku, ada lagi Ustadz Khumaidi, pria berdarah Gorontalo dan Manado yang merintis pesantren di Dayun, Siak Sri Indrapura dan kini mengelola pesantren di Pulau Bintan, Kepulauan Riau.

Alhamdulillah, semoga Allah selalu memberikan keberkahan kepada beliau-beliau. Besok, saya akan pulang setelah mendengarkan ceramah dari Ust Abdul Shomad, LC dari Pekanbaru. InsyaAllah!

About the Author

Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.

1 komentar

  1. masyaallah :) kopi semendo ditempat kami ikut tertulis jg ni
Silakan memberikan saran, masukan, atau tanggapan. Komentar Anda akan saya moderasi terlebih dahulu. Tautan aktif sebaiknya tidak dipasang dalam komentar. Dan, mohon maaf, komentar Anda mungkin tidak segera saya balas, karena kesibukan dan lain hal. Terima kasih :)
---Kosim Abina Aziyz
Subhanallah!
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan koneksi internet Anda. Hubungkan lagi koneksi internet Anda dan mulailah berselancar kembali!