Selamat datang di Kosim.web.id, semoga Kita s'lalu dalam lindungan-Nya

Inilah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar "Rupiah"

Beberapa hari terakhir, melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat menjadi isu yang hangat. Ada yang mencak-mencak kepada pemerintah di berbagai akun jejaring sosial, ada yang tak mau tahu dan tak peduli, ada juga yang menanggapi dengan santai dengan membuat meme kocak seperti di bawah ini

liputan6.com

Sebetulnya saya termasuk yang tidak terlalu peduli terhadap naik-turunnya nilai tukar rupiah. Bagaimana mau peduli, kalau selama ini saya tidak pernah menggunakan mata uang asing selain Rupiah. Mau beli beraskah, mie ayamkah, pampers si kecilkah, bayar token PLN-kah, pulsa hapekah, saya selalu menggunakan Rupiah. Kepingin juga sih sekali-kali memegang uang Dolar atau Euro, seperti apa ya rasanya? :P

***************

Nilai tukar Rupiah bisa didefinisikan sebagai "tingkat di mana mata uang Rupiah dapat diubah menjadi mata uang yang lain." Nilainya berfluktuasi setiap hari dengan kekuatan pasar yang berubah dari penawaran dan permintaan mata uang dari satu negara ke negara lain. 

Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yang variatif dan fluktuatif disebabkan oleh 8 faktor

1. Inflasi

Kenaikan gaji, pasti sangat disenangi semua orang. Namun tidak untuk kenaikan harga barang dan tarif jasa yang justru sangat dibenci. Sebuah negara dengan tingkat inflasi lebih rendah dari negara lain akan mengapresiasi nilai mata uangnya. Harga barang dan jasa meningkat pada tingkat yang lebih lambat, di mana inflasi rendah.Sebuah negara dengan tingkat inflasi yang konsisten lebih rendah menunjukkan nilai mata uang yang naik. Sementara itu, negara dengan inflasi yang lebih tinggi biasanya melihat adanya depresiasi mata uang dan (biasanya) disertai pula suku bunga yang lebih tinggi. 

2. Suku Bunga

Perubahan suku bunga akan mempengaruhi nilai mata uang sebuah negara (utamanya) terhadap dolar. Tarif perdagangan mata uang (forex) , suku bunga, dan inflasi semuanya saling berhubungan. Kenaikan tingkat suku bunga menyebabkan mata uang suatu negara terapresiasi. Hal ini dikarenakan suku bunga yang lebih tinggi memberikan tarif lebih tinggi untuk pemberi pinjaman, sehingga menarik modal asing secara berlebihan, yang menyebabkan kenaikan nilai tukar mata uang tersebut.

3. Giro / Neraca Pembayaran Suatu Negara

Giro suatu negara mencerminkan neraca perdagangan dan pendapatan investasi asing. Ini terdiri dari total jumlah transaksi (termasuk ekspor, impor, utang, dll). Secara sederhana, jika impor lebih banyak daripada ekspor, hal ini akan menyebabkan depresiasi (penurunan nilai tukar). Neraca pembayaran menyebabkan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik.

4. Hutang Pemerintah

Hutang pemerintah adalah hutang publik atau hutang nasional yang dimiliki oleh pemerintah pusat. Sebuah negara dengan hutang pemerintah yang kurang, cenderung untuk memperoleh modal asing, menyebabkan inflasi. Investor asing akan menjual obligasi mereka di pasar terbuka jika pasar memprediksi hutang pemerintah dalam suatu negara tertentu. Akibatnya, penurunan nilai tukar akan mengikuti. 

5. Ketentuan Perdagangan

Terkait dengan giro dan neraca pembayaran, kondisi perdagangan adalah rasio harga ekspor terhadap impor. Istilah perdagangan suatu negara (dikatakan) membaik apabila harga ekspornya naik pada tingkat yang lebih besar daripada harga impornya. Hal ini menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi, yang menyebabkan permintaan yang lebih tinggi untuk mata uang negara tertentu dan peningkatan nilai mata uangnya. Hal ini menyebabkan apresiasi terhadap nilai tukar mata uang negara tersebut.

6. Stabilitas Politik & Kinerja Perekonomian

Stabilitas politik dan kinerja perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kekuatan mata uangnya. Sebuah negara dengan risiko kekacauan politik yang rendah lebih menarik bagi investor asing. Peningkatan modal asing, pada gilirannya, menyebabkan apresiasi nilai mata uang domestik. Sebuah negara dengan kebijakan keuangan dan perdagangan yang sehat tidak memberikan ruang untuk ketidakpastian dalam nilai mata uangnya. Sebaliknya, sebuah negara dengan keadaan politik yang  tidak stabil memungkinkan terjadinya depresiasi nilai tukar mata uang.

7. Resesi 

Resesi yaitu kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.
Ketika suatu negara mengalami resesi, tingkat suku bunga cenderung turun dan menurunkan peluang untuk mengakuisisi modal asing. Akibatnya, mata uangnya melemah dibandingkan dengan negara-negara lain, sehingga menurunkan nilai tukar. 

8. Spekulasi

Jika nilai mata uang suatu negara diperkirakan akan meningkat, permintaan mata uang yang lebih oleh investor, untuk mengambil keuntungan dalam waktu dekat. Akibatnya, nilai mata uang akan naik karena adanya peningkatan permintaan. Diikuti kenaikan nilai mata uangnya.

Sumber: http://www.compareremit.com/money-transfer-guide/key-factors-affecting-currency-exchange-rates/

About the Author

Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.

Posting Komentar

Silakan memberikan saran, masukan, atau tanggapan. Komentar Anda akan saya moderasi terlebih dahulu. Tautan aktif sebaiknya tidak dipasang dalam komentar. Dan, mohon maaf, komentar Anda mungkin tidak segera saya balas, karena kesibukan dan lain hal. Terima kasih :)
---Kosim Abina Aziyz
Subhanallah!
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan koneksi internet Anda. Hubungkan lagi koneksi internet Anda dan mulailah berselancar kembali!