Selamat datang di Kosim.web.id, semoga Kita s'lalu dalam lindungan-Nya

Belajar Bahasa Daerah Lain dan Kemungkinan yang Akan Kita Temui


Diperkirakan terdapat 726 bahasa daerah di Indonesia, dan yang berhasil dipetakan ada 456 bahasa daerah.  Demikian menurut Tirto Suwondo, Kepala Balai Bahasa DIY Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seperti dikutip Republika Online edisi 04 Maret 2014 (sumber). Makanya kita mesti bersiap-siap mendengar bahasa "baru" di luar yang biasa kita dengar sewaktu tinggal di kampung.

Beruntung menjadi orang Indonesia, mempunyai bahasa persatuan dan nasional: Bahasa Indonesia. Saat kita pergi ke daerah lain di mana bahasa daerahnya berbeda, kita tetap bisa berkomunikasi. Namun demikian, kita tidak bisa menafikkan keberadaan bahasa daerah apalagi UUD 1945 juga mengakui keberadaannya

Pasal 32


(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. 

(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

*********

Sewaktu saya tinggal di Kalimantan Timur, teman saya berasal dari pelbagai suku. Mau tidak mau saya sering mendengar bahasa daerah mereka. Nah, kondisi seperti ini saya manfaatkan untuk belajar bahasa mereka baik secara aktif (dengan rajin bertanya) maupun pasif (dengan cara mendengarkan percakapan sesuai konteks).

Saat belajar bahasa daerah lain sama teman, kemungkinan kita akan menemui hal-hal berikut
  1. Dikerjai teman sendiri
    Saya pernah bertanya sama teman dari Makassar, "ces, kita kalau ketemu sama orang Makassar, apa yang harus kita bilang?" Jawabnya, "bilang saja ko 'Airoko Siba'ji?" (ejaan mungkin tidak tepat). Belakangan saya ketahui bahwa arti dari airoko siba'ji maksudnya adalah mengajak berkelahi. Untungnya saya tidak pernah menggunakan kata-kata ini, bisa-bisa kena gampar orang.

    Kasus lain hampir sama, namun belajar bahasa Dayak Benuaq. Saat ada seseorang bertanya bagaimana sapaan jika ketemu orang Benuaq, disuruh ngomong begini "polo ko beau?" yang artinya "kamu bodoh, kan?"

    Sebetulnya ini hanya bahan becandaan teman saja, soalnya saat mereka mengatakan kata-kata itu sambil ketawa cekikikan, yang tentu saja menimbulkan kecurigaan. Jadi tidak bisa di-generalisir :)
  2. Lebih cepat mengenal kata-kata tidak senonoh 
    Meski lahir di Jawa, saya baru bertemu orang Jawa Timuran ketika tinggal di Kalimantan Timur. Saya pernah ikutan mengumpat a la Jawa Timuran, ngomong pakai kata "dan*uk". Teman dari Ponorogo menegur saya "Sim, kamu kok ngomong dan*uk, kamu sudah tahu artinya?", "Nggak tahu!", jawab saya. "Dan*uk itu artinya babi hutan". Padahal saya pikir ini umpatan biasa seperti orang Semarangan ngomong "jangkrik"

  3. Salah Pengucapan
    Nah ini yang mungkin paling sering dialami oleh orang yang belajar bahasa daerah lain, salah ngomong. Seperti tulisan saya berikut Seandainya Fonem "eu" Menjadi Ejaan Resmi Nasional

About the Author

Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.

Posting Komentar

Silakan memberikan saran, masukan, atau tanggapan. Komentar Anda akan saya moderasi terlebih dahulu. Tautan aktif sebaiknya tidak dipasang dalam komentar. Dan, mohon maaf, komentar Anda mungkin tidak segera saya balas, karena kesibukan dan lain hal. Terima kasih :)
---Kosim Abina Aziyz
Subhanallah!
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan koneksi internet Anda. Hubungkan lagi koneksi internet Anda dan mulailah berselancar kembali!