Selamat datang di Kosim.web.id, semoga Kita s'lalu dalam lindungan-Nya

Belajar Hidup dari Sebatang Pohon

Akhir dekade 80-an, saat saya masih di SMP, tiap hari saya dan beberapa teman berangkat sekolah dengan berjalan kaki, begitu pula pulangnya. Melewati areal persawahan, sungai dan jalan besar sejauh 3 km-an.

Berangkat pagi di kala hari masih terasa dingin dan merasakan teriknya matahari saat pulang sekolah. Saat hari terasa panas, kami tertolong oleh keteduhan dan kesejukan dari pepohonan yang sesekali kami temui di perjalanan. Maklum, namanya saja persawahan, tanaman yang ada tidak jauh dari padi, sayuran dan palawija. Jadi, hanya di beberapa tempat saja bertemu dengan pohon yang besar.


Berada di bawah pohon saat terik menerpa, merupakan salah satu anugerah dari Tuhan: merasakan sejuknya oksigen. Dari pohon pula, manusia mendapatkan bahan untuk tempat tinggal, kayu bakar, bahan pembuat kertas, anti-polutan, deposit air, dan berbagai manfaat lainnya.

================

Selain manfaat yang bersifat fisik, dari Pohon kita bisa mengambil pelajaran tentang hidup

1. Dengan penuh kebanggaan berdiri tegak

Sebatang pohon, tumbuh kian membesar dan tetap berdiri dengan tegaknya. Dari sini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa hendaknya kita tetap berdiri tegak di atas keyakinan dan prinsip yang kita pegang.

2. Berani mengambil risiko

Ada pepatah mengatakan, "makin tinggi pohon, makin kencang angin". Secara lahiriah, memang begitulah keadaannya. Itulah salah satu risiko yang akan ditanggung oleh sebatang pohon. Jika tumbuh di tanah yang agak terjal, sebataang pohon harus siap-siap menerima risiko longsor. Ketika masih kecil, ia juga mempunyai peluang dimakan binatang herbivora. Dan beragam risiko lainnya. Namun, sebatang pohon terus saja meneruskan hidup, di mana pun ia tumbuh, hingga "ajal" menjelang.

Sama seperti kita, di mana pun kita tinggal, apa pun profesi kita, apa pun jabatan kita, risiko akan tetap kita jumpai. Pilihannya, ya hadapi dan atasi.

3. Tidak melupakan akar

Sebatang pohon, boleh saja ia tumbuh besar dan tinggi menjulang. Namun, tetap saja ia berdiri kokoh di tempat ia tumbuh, di atas akar yang ikut menopang.

Bagi kita, setinggi apa pun jabatan kita, sehebat apa pun karya kita, ada tangan-tangan yang mendukung dan menuntun kita. Apakah itu orang tua, teman-teman, dan bahkan lingkungan kampung kita.

3. "Minum air secukupnya", Tidak Serakah

Sebatang pohon, akan menghisap air secukupnya. Jika berlebih, air akan dilepas menjadi air tanah. Jika kurang air, pohon akan menggugurkan daunnya. Air yang dihisap (bersama CO^2) pun akan menghasilkan zat yang bermanfaat bagi makhluk hidup lain: oksigen (dan pati). Jika di sekeliling pohon banyak air, akar akan membusuk dan pohon lama kelamaan akan mati.

Seperti itulah, sikap kita terhadap rizki. Jika rizki yang diberikan Tuhan berlebih diinfaqkan kepada yang membutuhkan. Jika tidak berlebih, dicukupkan. Syukuri apa yang diberikan oleh Tuhan.

4. Kecantikan alami

Sebatang pohon, memancarkan keindahan dan kecantikan secara alami. Apa adanya, tidak dibuat-buat! Bagaimana dengan kita?

5. Nikmati pemandangannya

Secara spesifik, ya nikmati hidup saja hidup ini. Menghindari keluh kesah, kudeta hati, dan fluktuasi jiwa. Udah gitu saja!

About the Author

Ayah dari 3 anak blasteran Jawa dan Bugis-Mandar, non partisan, pembelajar, dan santri.

Posting Komentar

Silakan memberikan saran, masukan, atau tanggapan. Komentar Anda akan saya moderasi terlebih dahulu. Tautan aktif sebaiknya tidak dipasang dalam komentar. Dan, mohon maaf, komentar Anda mungkin tidak segera saya balas, karena kesibukan dan lain hal. Terima kasih :)
---Kosim Abina Aziyz
Subhanallah!
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan koneksi internet Anda. Hubungkan lagi koneksi internet Anda dan mulailah berselancar kembali!